Dengan perubahan pola kerja yang tiba-tiba menjadi “remote work” atau WFH, terjadi peningkatan ketergantungan perusahaan maupun individu pada cloud computing atau komputasi awan. Dengan meningkatnya workload dan trafik data tersebut tentu juga akan berdampak pada peningkatan kebutuhan Data Center sebagai infrastruktur utama yang bertugas menopang lonjakan jumlah data yang dihasilkan. Untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang dibutuhkan saat ini, investasi data center tumbuh dengan subur di tengah pandemi.

Akhir tahun 2020, sebelum peta dunia berubah akibat pandemi, perusahaan-perusahaan skala dunia rupanya sedang merencanakan untuk melakukan hal-hal besar. Data Center Frontier melaporkan September 2020 bahwa Google sebenarnya sedang merencanakan suatu proyek yang membuat perusahaannya semakin ramah lingkungan, sementara Microsoft sedang membuat program khusus agar server bertahan lebih lama (dengan menerapkannya di bawah air). 

Data center merupakan suatu fasilitas berupa jaringan komputer dan ruang penyimpanan data yang bisa dipakai oleh kalangan pebisnis maupun organisasi untuk melakukan pengaturan, pemrosesan, penyimpanan, serta penyebarluasan data dalam skala besar. 

Di sisi lain Facebook sedang membangun usahanya lebih besar dari sebelumnya, Amazon menyempurnakan strategi tepi, dan Equinix memposisikan ulang mereknya. Tercatat setidaknya ada 10 kesepakatan bernilai miliaran dolar AS yang telah dirancang namun di luar semua itu, bisnis-bisnis besar tersebut sedang fokus menggarap sebuah proyek besar bernama data center. Demi fokus pada bisnis tersebut, Facebook diam-diam pada akhir tahun 2020 berencana menginvestasikan 1 miliar dolar AS untuk menambahkan tiga gedung pusat data besar ke kampusnya di Georgia.

Proyek pembangunan tersebut akan menambah kapasitas data center hingga 1,5 juta feet (kaki) persegi. Sementara Greener Capital, menyelesaikan pengajuan fasilitas kredit senilai 1 miliar dolar AS yang akan digunakan sebagai pendanaan untuk ekspansi portofolio data centernya. Itu sejatinya belum termasuk dengan beragam kesepakatan-kesepakatan bisnis raksasa sekaligus konglomerasi lain terkait proyek pengembangan data center yang diam-diam menjadi fokus banyak perusahaan multinasional. 

Hal ini menunjukkan bahwa bisnis data center meski senyap namun memegang peran yang amat sangat signifikan mengingat dunia telah memasuki era transformasi digital yang jelas memerlukan ruang penyimpanan tak terbatas bernama data center. Sebagaimana disampaikan Tony Bishop, Senior Vice President, Platform di Digital Realty, yang menyebut bahwa pandemi COVID-19 mengakselerasi peluang bisnis data center lebih lagi.  Akhir kata, transformasi digital akan menjadi milik mereka para penguasa data center dunia bahkan di tengah pandemi COVID-19 sekalipun.